Thursday, October 14, 2010

Pilkada Depok 2010

Beberapa hari lagi masyarakat Depok menentukan pimpinan daerahnya melalui Pilkada, tepatnya tanggal 16 Oktober mendatang. Empat pasangan calon walikota dan wakil walikota Depok sudah memaparkan programnya, dan mengaku siap menang juga siap kalah.

Keempat pasangan calon walkot-wakil walkot yang dimaksud adalah 1. Gagah Sunu Sumantri - Derry Drajad, 2. Yuyun Wirasaputra - Pradi Supriatna , 3. Nur Mahmudi Ismail - KH. M. Idris Abdul Shomad, dan 4. Badrul Kamal - Agus Supriyanto.

Melalui berbagai sumber, termasuk poster dan sepanduk yang bertebaran, juga melalui debat kandidat di Jak TV tempo hari, saya akan sedikit memberi tahu latar belakang mereka dan apa programnya.

Sebenarnya keempat pasangan calon memiliki program yang beririsan seperti dalam hal sekolah gratis, fasilitas kesehatan, dsb. Untuk itu saya coba menelaah diferensiasi pasangan calon yang satu dengan lainnya. Berikut asalisis selengkapnya:

CALON 1 (Gagah-Derry)
Drs. H. Gagah Sunu Sumantri, M.Pd – Derry Drajat

Visi: Depok kota pendidikan, pemukiman dan jasa yang berbudaya menuju masyarakat nyaman dan sejahtera.

Pasangan Gagah-Derry, satu-satunya pasangan yang berangkat dari jalur independen. Tak bisa dipungkiri, kekuatan pasangan ini ada pada sosok Derry Drajat. Meski hanya calon wakil walikota, Derry jelas lebih dikenal masyarakat dibandingkan Gagah.

Dikenal sebagai artis, pembawa acara, bintang film, dan berbagai profesi lain di dunia hiburan, Derry lebih familiar dibandingkan Gagah yang ‘hanya’ pernah menjadi Kepala Kantor Pariwisata Seni dan Budaya Kota Depok, dan sekarang menjabat Sekretaris di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok.

Namun dengan banyaknya pemilih perempuan, terutama kaum ibu, tentu cukup menguntungkan juga bagi pasangan ini. Kaum perempuan (baca: ibu-ibu), biasanya lebih subjektif dalam menetukan pilihan.

Sebaliknya karena berangkat dari jalur independen, juga akan menjadi salah satu kelemahan bagi pasangan ini, sebab mereka tidak ditopang oleh parpol sebagai motor penggerak. Namun sisi positifnya dapat dijadikan alternatif pilihan juga bagi yang sudah tidak percaya pada parpol.

Gagah-Derry berjanji akan mengedepankan sektor seni budaya dan pariwisata, karena menurutnya inilah yang paling menjual di kota Depok. Selain itu pasangan ini juga menjanjikan pendidikan gratis termasuk buku dan seragam untuk siswa dari keluarga prasejahtera.

CALON 2 (Yudistira)
Drs. H. Yuyun Wirasaputra, MM – Pradi Supriatna

Visi: Depok kota impian (indah, mandiri, peduli, andalan).

Pasangan yang diusung oleh partai Gerindra ini, dari segi usia sangat ideal, kombinasi tua-muda, seperti yang banyak diharapkan masyarakat.

Meskipun lahir di Bandung, Yuyun adalah mantan birokrat yang berpengalaman, dan tentu mengenal karakter Depok dengan baik. Karirnya pun sebagai pamong negara hampir sepenuhnya dihabiskan di Depok, sejak menjabat Camat Beji, hingga kini sebagai wakil walikota Depok.

Sifat Yuyun yang ramah dan kebapakan membuat dirinya memiliki nilai tersendiri di mata masyarakat Depok. Sementara itu Pradi, yang menjadi pasangan Yuyun, juga punya kelebihan, Pradi dikenal sebagai pengusaha dan tokoh pemuda, dan dikenal sebagai ‘anak Depok asli’.

Terkesan sepele. Tapi yang perlu diingat, sejak Depok di bawah naungan Bogor, belum satupun pemimpin Depok yang asli putra daerah, sehingga tak heran sebagian kalangan mengampanyekan pemimpin dari warga asli Depok, walaupun kini komposisi penduduk Depok sangat heterogen.

Meski demikian, pasangan ini juga punya kelemahan. Salah satunya adalah mesin politik yang tidak terlalu kuat, karena ‘hanya’ didukung oleh partai-partai kecil non parlemen yang dipimpin oleh Gerindra.

Berangkat dari keluhan masyarakat, pasangan ini mengedepankan tata kola pemerintahan yang baik (good governance) dan berjanji menyelenggarakan one stop service di kota Depok, hal ini dimaksudkan agar pelayanan public di kota Depok lebih maksimal.

CALON 3 (Nur Berkhidmat)
Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Isma’il, M.Sc – Dr. H. M. Idris Abdul Shomad, MA

Visi: Terus melayani dan menyejahterakan warga Depok.

Pasangan nomer tiga adalah Nur Mahmudi Ismail dengan Idris Abdul Somad. Sebagai incumbent, Nur Mahmudi jelas punya keuntungan dan peluang menang yang cukup besar. Ia telah dikenal oleh warga Depok, karena selama ini baliho dirinya pun sudah menjamur di seluruh penjuru kota.

Nur Mahmudi yang merupakan mantan menteri kehutanan, kini berpasangan dengan H. Abdul Shomad yang merupakan Sekretaris Umum MUI kota Depok, yang juga warga ‘asli Depok’.

Pro-kontra seputar apakah Nur Mahmudi sukses memimpin Depok pun masih terus berlangsung, jika tidak hati-hati, pasangan ini juga bisa terjungkal. Status incumbent juga tidak menjamin mereka bisa menang mudah.
Pasangan ini merupakan kandidat yang paling banyak memiliki program mulai dari betonisasi jalan sampai kredit UKM, meski demikian beberapa pihak menilai itu hanya janji politik semata yang mudah terlupakan nantinya.

Pasangan Nur Berkhidmat ini diusung oleh PKS dan PAN juga beberapa partai kecil lainnya. Diantara banyak program di atas, pasangan ini mengutamakan pembangunan SDM dan infrastruktur sebagai tulang punggung di kota Depok.

Calon 4 (BK-Pri)
Drs. H. Badrul Kamal, MM – Ir. H. Agus Supriyanto, AT, MM

Visi: Depok kota pendidikan, pemukiman, perdagangan dan jasa, berwawasan lingkunngan

Nama Badrul Kamal sudah sangat familiar di telinga masyarakat Depok, Ia pernah menjadi Walikota Kota Adminitratif Depok (1997 – 1999) dan Walikota Kota Depok (1999 – 2005). Jika terpilih lagi artinya ini ketiga kalinya Badrul Kamal memimpin Depok.

Sedangkan Agus Supriyanto, namanya baru bergaung di Depok dalam beberapa bulan belakangan. Kendati namanya jarang terdengar, pengusaha kelahiran Jepara Jawa Tengah ini ditopang finasial yang kuat, namun tentunya hal tersebut tak menjamin pasangan Badrul-Agus ini bisa meraih kemenangan dengan mudah.


Pasangan BK-Pri diusung oleh Partai Demokrat (PD), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golongan Karya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Bulan Bintang (PBB).

Di atas kertas dan secara matematis, pasangan ini sudah menang, karena didukung tiga partai besar, yakni Partai Demokrat, Partai Golkar, dan PDI Perjuangan, dengan jumlah suara parlemen sangat signifikan. Namun yang perlu diingat, politik layaknya sepakbola, apapun bisa terjadi.

Pasangan nomer empat ini mengedepankan pembangunan berwawasan lingkungan dan berjanji melakukan pelebaran jalan dan memindakan terminal guna mengurangi kemacetan di kota Depok.


Terlepas siapapun yang nantinya akan menjadi pemenang, kita semua tentu berharap, agar Pilkada tahun ini bisa berlangsung lancar tanpa ada kerusuhan, sehingga melahirkan pemimpin terbaik bagi Kota Depok tercinta.


nb: jika ada info tambahan silahkan share melalui comment di bawah ini.. :)

Continue Reading →

Wednesday, June 2, 2010

First Lady


Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada. Aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. Kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaku*

*) konon puisi ini dibuat Pak B.J. Habibie beberapa hari setelah kepergian Bu Ainun

***

Saat Permaisuri Mumtaz yang sangat dicintainya wafat, Shah Jahan berikrar membangun sebuah monumen lambang cinta yang megah dan tak tertandingi. Maka, konon ketika Taj Mahal selesai dibangun, semua tangan pekerjanya dipotong agar tak mampu membuat bangunan seindah itu lagi.

Ketika pasukan Jerman kalah telak di Eropa, Hitler bunuh diri di bunker persembunyiannya. Ia tak sendirian. Eva Braun –kekasih yang dinikahinya sehari sebelum bunuh diri- turut melakukan hal yang sama, menenggak kapsul sianida dan menembak kepalanya.

Nabi Muhammad begitu menggigil di bawah selimut setelah didatangi malaikat Jibril, hanya Siti Khadijah yang dengan penuh keyakinan membenarkan ucapan suaminya. Beliau pulalah yang kemudian pertama-tama menyatakan imannya pada Rasulullah. Rasul pun masih terus mengingat Khadijah selepas wafatnya, hingga membuat istrinya yang lain menaruh cemburu.

Soeharto begitu mencengkeram kuat kekuasaannya. Namun, ketika Ibu Tien meninggal dunia pada April 1996, kekuasaan Pak Harto pun mulai pudar dan susut seiring meninggalnya Ibu Tien Soeharto. Benar saja, Mei 1998 Pak Harto tumbang.

Carla Bruni adalah supermodel yang ketenarannya melampaui batas negara. Orang lebih mengenal Bruni dibanding suaminya Nicolas Sarkozy, Presiden Prancis. Menurut The Christian Science Monitor, para editor di Perancis berusaha keras untuk menarik garis pemisah antara Bruni sebagai selebriti dan sebagai ibu negara. Namun, itu sulit dilakukan. Bruni tahu itu, maka ia terus memainkan pengaruhnya untuk mendongkrak popularitas Sarkozy.

Ibu negara, harus diakui, memang menjangkau peran yang vital dan kadang tidak terduga. Mungkin benar jika ada ungkapan “di belakang seorang pria sukses pasti ada seorang wanita hebat”. Namun, satu hal yang sering terlupakan, menjadi first lady sebenarnya ibarat menjadi figur ‘bayang-bayang’ suami. Ia harus siap menjadi bagian dari publisitas dan kemasyhuran sang suami. Namun posisi ini pun kerap mendapat penghormatan yang sepadan. Perhatikanlah dalam acara-acara formal kenegaraan, pasti si protokol tak lupa menggunakan kata ‘beserta istri’ atau ‘bersama istri’ saat menyapa sang kepala negara. Contohnya dalam kalimat berikut:

Protokol:“Selamat datang kami ucapkan kepada Bapak Presiden beserta rombongan istri. Eh, salah, maksud kami ’beserta istri dan rombongan’ ” =D


***

Sebenarnya, perlukah sosok kepala negara disematkan satu paket bersama seorang first lady? Ataukah ada maksud tersembunyi di balik itu? Anda mungkin tidak menyangka jika Amerika Serikat (AS) –negeri yang sangat liberal, permisif, dengan angka perceraian dan single-parenting tinggi - ternyata sangat menjunjung tinggi kehadiran seorang first lady. Artinya, sebegajulan-begajulannya orang Barat sono, mereka masih mengharapkan pemimpinnya memberi suri teladan soal sosok keluarga yang ideal.

Ambil saja contoh tentang Presiden William ‘Bill’ Clinton. Terlepas dari skandal seksnya dengan Monica Lewinsky, kehidupan rumah tangga Bill dan Hillary terlihat ‘baik-baik saja’ sepanjang masa jabatannya. Malah kehidupan putri mereka, Chelsea, juga kerap diekspos media. Mungkin faktor ini yang turut menyelamatkan jabatannya untuk periode yang kedua (1997-2001). Pemilih lupa akan skandal masa lalu Clinton karena ternyata ia berhasil mempertahankan keluarganya. Setelah menyelesaikan masa jabatannya yang kedua, giliran Bill yang menyokong karier istrinya sebagai senator dan kini sebagai menteri luar negeri.

Jika di negeri Barat demikian, maka pemimpin negeri-negeri Timur pun juga banyak yang melakukannya. Setidaknya dulu di Indonesia kita pernah benar-benar merasakan sosok seorang Ibu Negara pada diri Ibu Tien. Media dan masyarakat memujanya sebagai Ibu bangsa. Sampai saat ini salah satu buah pikirannya, Taman Mini Indonesia Indah, masih bisa kita lihat. Kita pun sempat mengamati istri-istri presiden RI selanjutnya: Ainun Habibie dan Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (tentu saja Taufik Kiemas tidak kita sertakan), namun rentang jabatan suami mereka yang singkat membuat kiprahnya nyaris hilang tak berbekas.

Kini, nampaknya para penasehat komunikasi politik istana menyarankan Presiden SBY untuk melibatkan istrinya dalam berbagai acara dan kegiatan kenegaraan. Maka kita bisa sering melihat Ibu Ani Yudhoyono menyertai setiap lawatan suaminya. Bahkan tidak jarang, kegiatan-kegiatan lain dari ibu negara turut mendapat sorotan media.


***

Menurut Freud, laki-laki dan wanita ditakdirkan untuk menerima identitas gendernya yang taken-for-granted. Mereka mengidentifikasikan dirinya dengan identitas maskulinitas atau femininitas yang ideal di lingkungan sosial. Kalau cowok, pasti harus maskulin dan cewek pasti feminin. Itulah mengapa dari kecil seorang lelaki tidak dikondisikan untuk suka warna pink dan wanita dibuat merasa tidak pantas untuk membetulkan genteng bocor. Ujungnya, sifat maskulin dan feminin itu terinternalisasikan dalam satu paket.

Paket maskulinitas misalnya meliputi sifat kebapakan, melindungi, bertanggung jawab, inisiatif, dewasa. Sedangkan paket femininitas contohnya tercermin dalam sifat lembut, penyayang, keibuan, sabar dan perhatian.

Sayangnya, paket-paket tersebut juga menyertakan hal-hal negatif di dalamnya. Para pria cenderung memiliki sifat egois, ambisius, tidak mau kalah, arogan dan dominan. Sedangkan para wanita dibekali sifat pasif, manja, terlalu banyak pertimbangan, emosional dan banyak mengeluh. Singkatnya, sebagai sebuah paket gender, tidak hanya kelebihan yang didapat tetapi juga kekurangan-kekurangan.

Nah, seorang pria yang menjabat sebagai kepala negara, pimpinan politik, pimpinan organisasi, dan semacamnya, adalah sosok yang sangat rentan menuai pretensi negatif masyarakat. Setiap kebijakan yang mereka ambil berpotensi menyulut pro dan kontra. Tak ada liputan media dan debat publik yang selalu bersahabat. Maka, seorang pemimpin dapat menjelma menjadi pahlawan dan monster sekaligus. Jika sudah demikian, maka gambaran sisi-sisi negatif pria akan bermunculan.

Presiden Bush dinilai bodoh (fool), kejam dan arogan kala mengambil keputusan menyerang Irak. Mahatir Mohammad dinilai egois dan tak tahu balas budi saat memecat dan memenjarakan Anwar Ibrahim. Presiden SBY dianggap tidak memahami penderitaan rakyat dan plin-plan saat mengurangi subsidi publik yang berdampak pada gonjang-ganjing-nya berbagai sektor ekonomi. Jangan lupa, Bill Clinton secara nasional juga sempat dicap playboy dan mata keranjang tatkala skandal seksnya terungkap.

Sifat-sifat yang dicetak tebal adalah residu dari paket maskulinitas yang saya uraikan sebelumnya. Betapa mudahnya hal ini terangkat dan menjadi isu publik, sehingga seorang pemimpin perlu bekerja ekstra keras guna mempertahankan konsistensi popularitas. Pada keadaan inilah sosok seorang first lady dibutuhkan.
Sebelumnya, jangan lupakan asumsi bahwa seorang first lady adalah perpanjangan tangan seorang presiden. Ketika ia melakukan berbagai kegiatan (kampanye sosial, kunjungan, acara peresmian, dll) maka ia turut membawakan nama suaminya. Bagaimanapun citra first lady nantinya terbentuk, baik atau buruk, semua akan kembali disematkan dalam satu paket bersama suaminya.

Terkait dengan pendapat Freud tentang disparitas gender, maka penting bagi sang presiden dan first lady untuk ‘mengawinkan’ citra positif mereka. Seorang presiden yang bijaksana, tegas, cerdas dan bertanggungjawab akan semakin tinggi popularitasnya jika didampingi sosok istri yang memiliki kepedulian sosial, ramah, keibuan, santun dan loyal.

Anda mau bukti? Selama rentang 1988-1992 Barbara Pierce Bush telah membuktikannya. Istri Presiden Bush senior ini sukses menyematkan citra ibu negara yang luar biasa di mata masyarakat. Ia dikenal sebagai pribadi yang ramah, hangat, santun dan memiliki gaya public speaking yang sederhana namun membius. Media dan publik AS bahkan sepakat menjulukinya sebagai “everybody’s grandmother”. Citra Barbara yang mengagumkan ini mampu menutupi citra suaminya yang anjlok drastis pasca pemilu, terutama pada masa pecahnya Perang Teluk. Meskipun suaminya tak lagi menang dalam pemilihan presiden untuk periode kedua, kenangan akan Barbara akan selalu tersimpan di benak masyarakat Amerika.

Bandingkan dengan para pemimpin yang terbiasa tampil sebagai one-man-show. Betapa mudahnya citra buruk tentang mereka dibenarkan oleh publik. Fidel Castro, Hugo Chavez, junta militer Myanmar, dsb. Jadi memang benar jika seorang pemimpin pria kadang perlu ditempeli atribut femininitas, karena jika terlalu maskulin justru akan beresiko.

Oleh karena itu, jangan pernah remehkan tugas sebagai Ibu Negara. Semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi Anda calon President / First Lady.. =)


Continue Reading →

Tuesday, May 18, 2010

Brain Drainer Indonesia



Tanah airku tidak kulupakan..
Kan terkenang selama hidupku..
Biarpun saya pergi jauh..
Tidak kan hilang dari kalbu..
Tanahku yang kucintai..
Engkau kuhargai

(Ibu Sud,
Tanah Airku)


Hijrahnya manusia-manusia cerdas nan brilian dari sebuah negara (biasanya dari negara berkembang) ke negara lain (rata-rata negara maju) sering disebut sebagai Brain Drain. Human capital yang harganya mahal dan berperan penting bagi kemajuan sebuah bangsa, terbang jauh melintasi benua. Tentu ada rasa bangga melihat orang-orang Indonesia berkarier cemerlang di mancanegara. Baik sebagai profesional, peneliti, olahragawan, maupun sebagai seniman.

Meski demikian, tidak sedikit yang mengutuknya. Seperti polemik baru-baru ini, saat Sri Mulyani menerima tawaran menjadi managing director world bank. Muncullah berbagai hujatan, ada yang menuding egois, cari enak sendiri, tidak nasionalis, dan labelisasi negatif lainnya.

Sejarah Brain Drain
Fenomena brain drain dimulai ketika banyaknya tenaga trampil dari Eropa seperti Inggris, Jerman, juga Kanada memasuki Amerika dan menjadikan Amerika sebagai dream land pasca perang dunia II. Seiring dengan melajunya kedigdayaan Amerika, maka imigran yang memasuki Amerika di tahun 1980-an adalah para SDM trampil dan ahli dari Asia seperti China, Taiwan, India, dan Korea Selatan.

Brain Drainer Indonesia
Indonesia pun diam-diam mampu mengekspor banyak orang berbobot ke mancanegara. Bukan sekadar tenaga kerja kasar seperti yang selama ini menjadi sasaran empuk media massa. Berikut sedikit contoh yang saya tahu:

B.J.Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Siddik Badruddin menjabat sebagai Direktur Country Risk Citibank Jerman.

Di benua Amerika, Indonesia ‘menitipkan’ Nelson Tanu di Lehigh University, Pennsylvania, AS. Lelaki kelahiran Medan ini adalah pakar teknologi nano yang merupakan kunci perkembangan sains dan rekayasa masa depan.

Di bidang ekonomi ada Sri Mulyani, bidang olah raga ada Rexy Mainaki yang kini melatih bulu tangkis di Malaysia. Di dunia seni pun ada Anggun C. Sasmi yang lebih memilih berkarier di Prancis juga Ananda Sukarlan yang kini menetap di Spanyol sebagai pianis yang menjadi langganan gedung konser paling bergengsi di Eropa.

Reverse Brain Drain
Pandangan bahwa brain drain melulu sesuatu yang merugikan dan menggerogoti negara berkembang, akhir-akhir ini banyak dibantah oleh para ahli. Prof.Dr. Saxenian dalam banyak jurnalnya megatakan bahwa pada dasarnya brain drain tidak lah abadi. Tetapi, dia hanya suatu siklus saja di dalam fenomena globalisasi yang dinamakan brain circulation. Semua brain drain berpotensi besar menjadi reverse brain drain yang memberi keuntungan pada negara pengirim. Contohnya adalah kasus Taiwan dan India.

Miin Wu seorang “braindrainer” yang lulus PhD dari Stanford tahun 1976. Lalu dia bekerja sebagai profesional di Silicon Valley dan kembali ke Taiwan 1989. Setelah kembali ke Taiwan, Wu mendirikan perusahaan Macronix Co. Perusahaan ini kini menjadi salah satu perusahaan semikonduktor terbesar di Taiwan dengan omset $ 300 juta/tahun dan menyerap 2.800 tenaga kerja.

Lakshmi Mittal sorang pria yang lahir dari keluarga miskin di Sadulpur, India dan kini menetap di London. Ia marupakan raja baja melalui perusahannya Mittal Steel. Dengan kekayaan itu, ia tak lupa pada negaranya. Salah satu bentuk kepeduliannya yaitu dengan mengembangkan olahragawan di India agar bisa berprestasi internasional. Ia membuat Mittal Champions Trust dan menghibahkan dana US$9 juta untuk mendukung sejumlah atlet India agar bisa berprestasi dan mengharumkan nama bangsa.

Saya percaya suatu hari nanti, fenomena reverse brain drain juga akan hinggap di negeri ini. Itulah momen dimana ribuan anak cemerlang yang telah berkiprah di negeri seberang akan berbondong-bondong pulang, ataupun berkontribusi dari jauh demi membangun ibu pertiwi tercinta.

Continue Reading →

Thursday, April 15, 2010

Sejarah Hitam Tanjung Priok

Berita televisi kemarin siang, ramai memberitakan bentrokan antara Satpol PP dengan warga Koja yang menolak penggusuran makam Mbah Priok. Melihat berita ini saya jadi teringat tragedi Priok tahun 1984 silam.

Saat itu warga bentrok dengan tentara karena Sersan Hermanu merazia gambar-gambar berbau SARA di musola As-Sa’adah, namun caranya yang memasuki musola tanpa melepas sepatu dan mengobrak-abrik Al-Qur’an membuat warga marah. Warga pun membakar motor Sersan Hermanu, akibatnya 4 warga digelandang ke Kodim.

Ratusan masa mendatangi Kodim, tidak terima rekannya ditangkap. Bentrokan pun tak terelakan. Panglima ABRI L.B. Moerdani menyatakan 18 warga tewas, namun SONTAK (Solidaritas Nasional untuk peristiwa Tanjung priok) memperkirakan sekitar 400 orang tewas. Kasus tersebut gelap dan di era Orde Baru tersebut, orang ngeri mengungkit peristiwa ini.

Kejadian kemarin seakan memperlihatkan paralelisme sejarah. Bentrok antara aparat dengan rakyat sipil kembali terjadi, tentu dengan konteks dan alasan yang berbeda. Kali ini penyulutnya ialah rencana penertiban komplek makam Mbah Priok. Siapa sebenarnya Mbah Priok?

Mbah Priok adalah seorang ulama. Masyarakat menyebutnya Habib. Ia lahir di Palembang tahun 1727 dengan nama Al Imam Al`Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad. Tahun 1756 Habib pergi ke pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam.

Mereka berlayar menuju Batavia. Aneka rintangan menghadang. Legenda yang tersebar konon salah satu rintangan yang menghadang adalah armada Belanda. Lolos dari kejaran perahu Belanda, kapal Habib digulung ombak besar. Semua perlengkapan di dalam kapal hanyut dibawa gelombang. Dengan kondisi yang lemah, kedua ulama itu terseret hingga ke semenanjung yang saat itu belum bernama.

Ketika ditemukan warga, Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad sudah tewas, sedangkan Muhammad Al Hadad masih hidup. Di samping keduanya, terdapat periuk dan sebuah dayung. Warga memakamkan jenazah Habib Hasan tak jauh dari tempatnya ditemukan. Sebagai tanda, makam Habib diberi nisan berupa dayung yang menyertainya, sedangkan periuk diletakkan di sisi makam.

Diyakini, kisah periuk ini yang melatarbelakangi sebutan Priok untuk kawasan di utara Jakarta ini. Sebutan “Mbah” disematkan kepada Habib Hassan sebagai penghormatan terhadap beliau atau juga sebagai sesuatu yang dikeramatkan. Kisah periuk nasi dan dayung yang menjadi pohon tanjung lantas dipercaya sebagai asal-muasal nama Tanjung Priok bagi kawasan tersebut. Namun ada juga versi lain dari asal muasal nama Tanjung Priok.

Salah satu ahli waris pengurus makam mbah Priok, Habib Ali, menuturkan, upaya penggusuran makam keramat tersebut sudah terjadi sejak tahun 1997 dan terus digencarkan hingga saat ini. Aktor di belakang layar upaya penggusuran tersebut, kata Habib Ali, tidak lain adalah PT Pelindo selaku pengelola Pelabuhan Petikemas Koja. Sebab, areal makam mbah Priok akan dijadikan lahan perluasan terminal petikemas.

Warga tidak percaya kalau makam ini milik PT Pelindo. Sebab, menurut Ian Djuanda, kuasa hukum pihak komplek makam Mbah Priok sudah ada sejak 19 Desember 1934. Tapi, rencana eksekusi ditolak terus karena lahan ini dianggap merupakan milik Mbah Priok dan ahli warisnya dengan bukti sertifikat tanah yang dikeluarkan pemerintah Belanda di Indonesia (eigendom verponding).

Pihak pemerintah berulang kali menyatakan bahwa tidak ada penggusuran makam Mbah Priok, yang ada ialah penertibah lahan sisa sebesar 5,7 hektar. Inilah yang diperebutkan Pelindo dengan ahli waris.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa-peristiwa tersebut antara lain ialah pentingnya mengedepankan musyawarah, mengundang pihak ketiga untuk mediasi dan jalan damai lainnya. Kemudian ialah penegakan hukum, selama apapun kita menempati suatu lahan kalau memang itu bukan milik kita, secara legal kita tetap tidak bisa mengklaimnya. Khusus kasus Mbah Priok mungkin harus ada pertimbangan tempat tersebut sebagai situs cagar budaya yang mesti dilestraikan.


sumber:
vivanews.com
kompas.com
ummah.net

Continue Reading →

Saturday, April 3, 2010

We Shall Overcome



Beberapa hari yang lalu saya nonton film My Name is Khan , film tentang diskriminasi umat muslim di Amerika. Salah satu scene di film itu ada lagu "we shall overcome". Lagu favorit saya waktu jaman ospek. Lagunya easy listening, nadanya juga enak. Belakangan saya baru tau kalo ternyata itu lagu perjuangan anti rasialisme.

Tahun 1963, para pengunjuk rasa berkumpul di Lincoln Memorial dan menyanyikan lagu ini. Terus, mereka berarak menuju Washington, dipimpin oleh seorang afro-america, Martin Luther King, Jr.

Sampai di ibukota kemudian dia berorasi , menyadarkan publik atas persamaan hak-hak sipil. Menganjurkan perlawanan tanpa kekerasan. Tak boleh ada yang namanya segregasi ras atau pembedaan atas warna kulit. Semua manusia dilahirkan sama adanya. Pidato itu begitu melegenda, I Have a Dream.

Tahun 1964 King menjadi penerima Nobel Perdamaian termuda, yaitu pada usia 35 tahun. Sepanjang sisa hidupnya dia terus berjuang melawan kemiskinan dan menuntut penghentian perang Vietnam.

Tapi na'as, tanggal 4 April 1968 King dibunuh di Tennessee. Ketika dia tengah berdiri di balkon sebuah hotel. Setelah kematiannya, pemerintah AS kemudian menetapkan 19 Januari sebagai hari Martin Luther King, Jr.

Selain King, ada orang-orang lain yang juga berani menghadapi resiko besar berupa hilangnya nyawa demi sebuah prinsip yang mereka yakini. Untuk orang-orang semacam ini, layak kita berikan penghormatan.

Sebelum mereka sampai pada ketetapan hati seperti itu, pergulatan dan kegelisahan panjang pasti telah terjalani sebelumnya. Dorongan hidup normal pasti tak kenal menyerah menarik mereka untuk meninggalkan saja semua yang telah menjadi keyakinan. Hidup nyaman dan tenang bersama anak istri tercinta di damainya rumah tentu lebih menggiurkan dibanding mesti bergulat dalam ketidakpastian dan marabahaya.

Apa mereka tidak pernah merasa takut? Saya yakin mereka pernah takut. Namun setiap kali datang rasa takut, setiap kali pula keteguhan hati mampu memenangkannya.

Semangat inilah yang coba saya terapkan ke konteks pribadi, bahwa rintangan yang saya hadapi sekarang adalah sebuah proses yang memang harus dilalui. Yakin, bahwa suatu saat nanti ini semua akan teratasi. Akan datang masa yang menyenangkan sesuai impian yang kita harapkan, selagi kita masih mau mengejarnya. YES, WE SHALL OVERCOME!!

sumber:
syafrilhernendi.com

Continue Reading →

Sunday, March 14, 2010

Takdir & Jodoh


Lagi-lagi twitter menggerakan jari-jari ini untuk menulis,, mencari jawaban yang menggelayut di pikiran. Kini datangnya dari Arin
yang berkicau “Mungkin gak sih orang nikah bukan sama jodohnya?” Hmh,,pertanyaan model begini sebenenya udah banyak saya denger, misalnya lagi :
  • Kalo kematian, jodoh dan rezeki udah ditentukan, mengapa kita berdoa dan berusaha untuk mendapatkannya ?
  • Kalo orang yang bercerai, berarti belom bertemu jodohnya ?
  • Jika ada orang yang sampai matinya tidak menikah, berarti Allah menakdirkannya gak punya jodoh dong ?
Oke, sekarang mari kita cari tau jawabannya. Nah, biar gak kepanjangan dan terlalu debatable, maka saya akan liat dari kacamata agama aja, kalo ada temen-temen mau kasih tambahan dari sudut pandang lain, ya monggo silahkan..

Untuk pertanyaan bahwa kematian, jodoh dan rezeki sudah ditentukan, terus buat apa kita berdoa dan berusaha untuk mendapatkannya? Jawabnya karena berusaha dan berdoa adalah ciri khas manusia yang membedakannya dengan makhluk lain. Berusaha dan berdoa adalah bukti bahwa manusia memiliki kebebasan memilih.

Ini adalah penghargaan tertinggi Allah kepada manusia. Jadi ketika kita berusaha dan berdoa sebenarnya kita sedang mensyukuri nikmat Allah (yakni kebebasan). Sebaliknya, orang yang tidak mau berusaha dan berdoa berarti dia melecehkan dan tidak bersyukur terhadap nikmat Allah berupa kebebasan itu sendiri.

Kedua, kita mesti berusaha dan berdoa biar lebih cepat lagi mendapatkan takdir kita, jika takdir itu baik dan sesuai keinginan kita. Jika takdir tersebut gak sesuai dengan keinginan kita, maka dengan berusaha kita dapat merubah takdir tersebut menjadi takdir yang baik atau sesuai dengan keinginan kita.

Rasulullah bersabda : “Tidak ada yang dapat merubah takdir kecuali doa”. Dalam suatu peristiwa, Umar ingin mengungsi dari Madinah karena sedang ada wabah penyakit, lalu ia ditanya oleh seseorang: “Mengapa engkau mengungsi? Bukankah jika takdirmu tidak akan terkena penyakit, maka engkau tidak akan terkena? Lalu Umar menjawab: “Aku berpindah dari takdir yang satu (diam saja) kepada takdir yang lain (mengungsi untuk menghindari wabah penyakit)”.

Jadi berusaha dan berdoa adalah hal yang wajib dilakukan oleh seorang muslim, jika ia ingin mendapatkan takdir yang sesuai dengan keinginannya. Jika pun takdir yang menimpanya tidak sesuai dengan keinginannya padahal ia telah berusaha dan berdoa, maka disitulah letak ke-Maha Bijaksana-an Allah SWT. Sedang kita adalah makhluknya yang penuh keterbatasan. “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. 2 : 216).

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. 30 : 21). 


"dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita". (QS.53:45)
"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah". (QS 51:49)

Lalu jika orang bercerai, berarti belom bertemu jodohnya? Jawabannya iya, benar pasangan yang bercerai berarti tidak berjodoh. Dahulu mereka menikah bukan dengan jodoh yang sebenarnya. Mungkin mereka telah berusaha mencari jodoh masing-masing, tetapi karena berbagai faktor bisa saja mereka salah dalam memilih jodoh. Tugas mereka adalah menemukan jodoh yang sebenarnya, sehingga pernikahan selanjutnya dapat berlangsung langgeng.

Jika ada orang yang terlambat mendapatkan jodoh. Misalnya sampai dengan umur 40 tahun belum menikah, belum tentu ia tidak mempunyai jodoh. Bisa jadi jodoh akan datang di masa mendatang (ia akan menikah di masa mendatang). Atau bisa juga karena ia sendiri menolak untuk menikah (menemukan jodohnya), yang berarti ia merubah takdirnya dengan takdir yang lain. Hal ini bisa terjadi tentu saja atas izin Allah SWT.

Lalu jika ada orang yang sampai matinya tidak menikah padahal ia ingin sekali untuk menikah, maka hal itu berarti Allah mentakdirkannya untuk menemukan jodohnya di akhirat, bukan di dunia. Allah Yang Maha Kuasa memiliki berbagai takdir-Nya kepada manusia yang kadangkala sulit dimengerti dan diterima oleh manusia. Namun kita harus yakin bahwa takdir yang ditentukan Allah kepada kita pasti untuk kebaikan kita. 


Tugas kita sebagai manusia adalah berusaha untuk mencapai apa yang menurut kita baik. Sedang hasilnya kita kembalikan kepada takdir Allah. Suka atau tidak suka kita harus rela dengan takdir Allah SWT. Itulah ciri orang yang beriman. Wallahu’alam.

Ya, itulah unek-unek yang bisa saya bagi. Sulit kalo membicarakan topik yang satu ini. Karena ini merupakan satu dari rahasia Allah yang sangat banyak jumlahnya di dunia ini. Maap kalo ada yang gak tuntas dari tulisan ini, karena lika-liku takdir dan jodoh memang bisa sebegitu kompleksnya, yang penting kita terus berdoa aja.

“Robbanaa hablanaa min azwaajina wa zurriyyatinaa qurrota a'yun, waj'alnaa lil muttaqiina imaamaa..”
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam kepada orang-orang yang bertaqwa." Al-Furqan[25]: 74.

Additional version: "Ya Allah kalo emang jodoh, dekatkanlah ya Allah, tapi kalo enggak jodoh, jodohin dong ya Allah.." =D

Sumber:
Era Muslim

Continue Reading →

Thursday, February 18, 2010

3 Idiots : All is well..


Berawal dari twitter yang banyak ngasih four thumbs up for this movie, jelas bikin saya penasaran. Setelah diselidiki, ternyata 3 idiots film India terlaris sepanjang sejarah Bollywood. Film ini cuma ada di Blitzmegaplex dan sebentar lagi udah gak tayang (tanggal 23 Februari terakhir kalo gak salah), tapi kalo di Blitz PVJ Bandung baru mulai akhir bulan ini. Akhirnya saya putuskan buat beli dvd-nya dulu. Saya mulai puter film berdurasi hampir tiga jam itu mulai tengah malem..

Pemeran utama dari film ini ialah mahasiswa teknik bernama Rancho (Aamir Khan), aktor yang sebenernya udah berumur 44 tahun (saya yakin yang udah nonton bakal ketipu) dan dua sohibnya Farhan & Raju. 3 mahasiswa ini berbagi kamar di asrama ICE, institut engineering terbaik di India, dan mereka harus berhadapan sama Prof. Virus yang super killer juga si Chatur mahasiswa ambisius yang ngeselin.

Di situ diceritain kalau sistem pendidikannya nggak menjadikan mahasiswa sebagai manusia, tapi jadi mesin, yang paradigma kuliahnya: lulus dengan nilai bagus, dapet kerjaan, gaji tinggi, dan hidup bahagia (familiar dengan hidup kita kan?). Sistem pendidikannya nggak membuat manusia itu semangat mencari ilmu, melainkan cuma mendapatkan gelar dan pekerjaan semata nantinya.

Selain itu, di film ini diceritakan tentang orang tua yang (maaf) kolot, yang merasa mengerti bagaimana membuat anaknya bahagia dengan cara memilihkan jalan hidup anaknya. Padahal belum tentu jalan yang dipilihkan itu disukai oleh anaknya.

Faktor besar yang membuat film ini keren adalah karena banyaknya inspirasi, juga nilai sosial dan humanisme yang ada di sana. Beberapa nilai tersebut misalnya :


  • Berpikir positif dalam berbagai kondisi akan sangat membantu. Walaupun berpikir positif belum tentu menyelesaikan masalah, setidaknya itu akan membantu kita tidak memperpanjang masalah. Satu hal yang selalu diangkat dalam 3 Idiots adalah quotes-nya Rancho: all is well 
  • Jangan cuma mengejar impian sendiri, bantu orang lain mewujudkan impiannya. Rancho melakukan itu semua, menyadarkan Raju untuk mengatasi ketakutan-ketakutan dalam hidupnya, dan menyadarkan Farhan untuk mengikuti kata hatinya.
  • Ikuti kata hati kita, jangan berpura-pura, lakukan apa yang memang benar-benar kita sukai. Kalau bertentangan dengan apa yang orang tua kita inginkan? Bicaralah baik-baik dengan mereka, tunjukkan bukti kalau kita memang serius di bidang itu. Tunjukkan suatu prestasi yang sekiranya akan ‘melunakkan’ hati mereka. Semua orang tua bisa dipastikan ingin anaknya bahagia di masa depan. Kalau jalan yang mereka berikan tidak kita sukai, yakinkan mereka bahwa jalan yang kita pilih akan membuat kita bahagia. Farhan did that!
  • Jangan pernah takut menghadapi hidup. Hilangkan ketakutan-ketakutan tak beralasan yang membuat kita tidak berkembang. Takut menghadapi sendirian? Cari sahabat untuk berjuang bersama.
  • Bergaullah dengan teman-teman inspiratif, yang bareng-bareng akan saling mendukung dalam kebaikan. 3 Idiots itu, masing-masing saling menginspirasi satu sama lain dengan caranya masing-masing.
  • Hidup ini jangan mengejar kesuksesan. Sukses itu cuma efek, bonus, dari apa yang kita tekuni. Seperti yang dibilang di film: Pursue excellence, and success will follow, pants down. Find your passion
  • Practice what you preach. Jangan cuma bisa ngomong atau menasihati doang, lakukanlah apa yang udah diomongin. Atau yang lebih baik lagi, bicaralah lewat tindakan kita. Rancho yang emang sangat positif dan bersemangat, begitu ditantangin sama Raju & Farhan supaya melakukan apa yang dia suka omongin, dia langsung membuktikannya!

Terakhir, ini komentar yang bisa saya kasih tentang film 3 Idiots-nya:

  • Kocak bin Gokil. Bener-bener ini film menghibur banget! Asli ga bisa dijelasin, harus nonton sendiri.
  • Musik asyik! Bukan film India namanya kalo gak pake musik atau joget2. Tapi beneran, semua musiknya bagus-bagus. Jauh dari kesan norak seperti yang sebagian orang tuduhkan sama film India.
  • Screen play. Alur filmnya maju-mundur-maju-mundur tapi bener-bener membentuk cerita yang utuh.
  • Bener2 bisa memainkan perasaan. Nonton 3 Idiots itu kaya naik roller coaster. Abis ketawa ngakak, emosi langsung dijatuhin lagi karena adegan berikutnya yang sedih banget, tiba-tiba deg-degan, abis itu menangis terharu lagi.
  • Endingnya sangat unpredictable. Gak nyangka lihat endingnya, bener-bener bikin terperangah..

Selamat nonton bagi yang belom nonton, dan selamat nonton lagi bagi yang udah nonton =D

sumber :
wikipedia.org
ilmanakbar.dagdigdug.com
yorissebastian.com

Continue Reading →

Sunday, February 14, 2010

Dua Puluh Tiga

Ciuman itu mendarat persis di kening saya. Ciuman yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Ya, begitulah cara ibu membangunkan saya di hari ulang tahun. Kemudian diiringi kata-kata lembut "Slamet ulang taun sayaang". Hmm so sweet..
Oke, sekarang mari kita coba mundur ke beberapa hari sebelumnya...

Di pagi hari buta: "MAAAS UDAH SOLAT SUBUH BELOOM??" "MAAAS ANTERIN ADEKNYA SEKOLAH DULU DONG, TUKANG OJEKNYA GAK DATENG NIIH!!" "MAAS NIMBA AER BUAT MANDI DOONG" ups sorry saya lupa kalo udah pake jetpam hehe.. Pokoknya pagi hari di rumah saya selalu penuh akan kegaduhan yang khas.. =D

Tepat tanggal 9 Februari kemarin saya genap berusia 23 tahun. Senin malam tanggal 9 Februari 1987 lahirlah seorang bayi laki-laki. Di tahun tersebut Indonesia sedang dilanda krisis moneter sekaligus melangsungkan pemilu legislatif. Kemudian Buah hati pertama pasangan Djumali Radi Kartoredjo dan Parmi Karsoredjo itu dinamakan Arif Widodo. Widodo berarti keselamatan dan Arif artinya bijaksana. Nama adalah doa, begitulah harapan orang tua saya dengan nama itu. Hayoo pada udah tau belom arti namanya sendiri?? =)

Am I mature enough ?? hmh..I don't know
Penilaian ini harus dari orang lain datangnya. Umur 23 sih mestinya udah dewasa..mapan..dan udah bener-bener kebentuk karakternya, atau bahkan udah punya catatan prestasi yang bisa diceritakan. Muhammad Al-Fatih misalnya, pada umur 23 udah jadi panglima perang yang berhasil menaklukan Konstantinopel. M. Natsir di umur 23 udah bisa bikin sekolah untuk kaum pribumi di era penjajahan. Michael Jordan pakai nomer 23 di Chicago Bulls (lah, kayaknya yang point terakhir gak nyambung deh =p)

Mungkin saya tidak akan melegenda seperti mereka. Tapi seenggaknya saya masih pasang niat menjadi orang yang bermanfaat buat bangsa, masyrakat, juga keluarga.
Dua puluh tiga, bisa jadi hanya soal angka, tapi saya ingin membuatnya memiliki makna lebih.. Continue Reading →

Wednesday, February 3, 2010

Catatan Akhir Kuliah

Butuh waktu 4setengah tahun bagi saya untuk merampungkan kuliah ini. Tepat di semester ke-9 saya lulus. Saya memang sengaja lulus di semester ini, soalnya saya khan angkatan ganjil (2005), jadi lulusnya mesti semester ganjil juga dong.

Kini pilihannya adalah Lulus semester 7, 9, atau 11 ( 13 mungkin aja sih, tapi udah pindah kampus alias udah di D.O.) Kalo saya lulus di semester 7 itu mukjizat namanya, nah kalo lulus di semester 11, wah itu sih kelamaan, jadi pasnya ya semester 9. Lagian juga khan saya lahir tanggal 9, jadi match aja gitu kalo lulusnya di semester 9, betul nggak ?? YA NGGAK LAH, NGGAK NYAMBUNG AWeee!!!…

Oke-oke sampai di sini aja ngelesnya, saatnya pengakuan dosa. Intinya skripsi saya molor!! sehingga harus nambah satu semester lagi, that’s it.. Tapi saya bersyukur udah ngejalanin kuliah ini dengan segala macem warna-warninya. Mulai dari ikutan ospek, ikutan demo, diusir dari kelas, jadi ketua ospek, jadi wartawan kampus, jadi pegawai Dekanat, bahkan secara ajaib jadi Mapres Jurusan. Wow, So colorful..

Di Hari sabtu yang cerah, tanggal 30 kemarin saya wisudaan. Sebenernya seremonial wisuda gak wajib diikuti, tapi atas nama membahagiakan orang tua saya pun bersuka cita menyambutnya.. Oh iya di hari sebelumnya, hari kamis, kami para wisudawan gladeresik di Balairung. Kemudian pulangnya kami mampir ke rumah makan SS (Spesial Sambel) di bilangan Margonda Depok.

Kami pun berlomba, siapa yang paling tahan pedes. Kontestannya ada 7 makhluk (saya, ojan, bebek, sumanto, akmal, arin, risma). And The Winer is.... Sumantoooooo,, Saya sendiri juara dua, sial bener si sumanto, tobat makan manusia, eh sekarang dia malah maniak sambel rupanya hehe..

Bagi yang belom pernah ke SS saya rekomendasikan pesen sambel bawang & sambel belut, mak nyuus pedasnyo.. Untung aja pas wisuda saya nggak mules-mules..

Dan kini, resmilah saya jadi pengangguran, ada sih proyek serabutan jadi freelancer gitu, tukang data entry, tapi tetep aja judulnya belom pekerja pasti. Bagi temen-temen yang senasib, saya ucapkan selamat. Karena kita masih punya 626.621 lulusan Universitas yang senasib. Kalau kita bikin partai (Partai Pengangguran) niscaya kita sudah bisa mendapatkan satu kursi di Senayan, lumayan bukan ?#*%#@$

Saya teringat pesan nabi. Sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi sesama. Kita tak akan menganggur jika kita bisa menjadi manusia berguna. Problem sistemik pengangguran di Indonesia, selain sempitnya lapangan pekerjaan, juga karena kualitas perguruan tinggi itu sendiri yang nggak merancang mahasiswanya untuk siap kerja.

Pendidikan tinggi kita memang dirancang untuk tidak siap kerja, tapi siap latih. Oleh karena itu kembali lagi ke pribadi masing-masing untuk berlomba memiliki kemampuan plus. Namun yakinlah Tuhan memberikan yang terbaik untuk kita semua. Tak ada penciptaan yang sia-sia dalam semesta...

Sebagai penutup, berikut ada tulisan Bolles mengenai 3 dosa pencari kerja & bagaimana cara menyiasatinya, silahkan klik di sini

Tetap Semangat & Selamat Berjuang!!!
Continue Reading →

Monday, January 18, 2010

Wisata Kota Tua


Di Minggu pagi yang basah, saya bertolak dari UI ke Stasiun Kota. Kami janjian jam 10 di depan museum Bank Mandiri. Tapi, belum ada jam 10 saya sudah sampai di Kota, untuk kali ini saya tidak ngaret kawan. SMS menginfokan rombongan temen-temen yang naik busway udah sampai di museum Bank Mandiri. Saya masih tertahan di stasiun kota nungguin si Macil anak Tebet. Jam setengah 11 tuh anak baru nongol. Kamipun segera bergegas ke museum, dan dengan ‘cerdas’nya kami berbecek-becek ria nyebrang jalan super ramai, padahal di deket stasiun/shelter busway ada tembusan ke depan museum lewat ‘kolong’ (jalan penghubung bawah tanah).

Tempat pertama yang kami jamahi tentunya yang paling deket, Museum Bank Mandiri. Cukup dengan menunjukkan kartu Mandiri atau KTM kita bisa masuk gratis, kalo gak punya mesti bayar dua ribu kalo gak salah. Museum ini dulunya adalah gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau yang merupakan perusahaan dagang milik Belanda. NHM dinasionalisasi tahun 1960 menjadi kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN) Urusan Ekspor Impor. Kemudian bersamaan dengan lahirnya Bank Ekspor Impor Indonesia (BankExim) pada tahun 1968, gedung tersebut pun beralih menjadi kantor pusat Bank Exim, hingga akhirnya dimerger bersama Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri (1999). Kini gedung tersebut pun menjadi asset Bank Mandiri. Jadi maklum aja kalo di gedung itu penuh foto-foto pejabat Bank tersebut dari jaman baheula sampai yang sekarang seperti Dirut Bank Mandiri Arif Widodo Agus Martowardoyo.

Next trip, Museum Bank Indonesia. Dulunya gedung ini adalah bank central Belanda, De Javache Bank, sebelum akhirnya berubah jadi BI dan migrasi ke Thamrin. Kalo temen-temen beranggapan museum itu sarat dengan benda kuno, jadul, atau serem, jelas pandangan itu nggak berlaku di Museum BI. This museum so digital. Keren pisan lah pokoknya, ber-AC pula, lumayan bisa numpang ngadem hehe.. Kemudian kami solat dzuhur di musola belakang museum BI. Setelah puas makan roti buatan emaknya Ojan kami lanjut ke Fatahillah.

Di alun-alun deket museum wayang kami bertemu rombongan lain temen satu fakultas, sungguh sempit dunia ini kawan =D. Kami masuk museum Fatahillah, masing-masing bayar seribu, tapi semua di kasih tiket rombongan seharga 750. 250nya ditilep, kalikan aja sama ratusan atau ribuan pengunjung setiap bulannya?? Lumayan lah ya pak hasil korupsinya!! Museum Fatahillah hari itu begitu padat merayap. Di balik kusen-kusen jendela museum terlihat pasangan muda-mudi asyik pacirun, jelas membuat para jomblowan rombongan kami bersungut-sungut iri memaki.

Setelah puas berfoto-foto dengan patung Hermes, meriam Si Jagur, dan lukisan-lukisan yang entah siapa tokoh di dalamnya, dan sampai kehabisan gaya berfoto, kami pun melangkahkan kaki ke warung tenda untuk santap siang menjelang sore. Semua pesen makanan, nasi gila, mie ayam, sate padang, dll. Saya sendiri bawa bekel dari rumah, nah supaya gak keliatan numpang-numpang amat saya mesen teh botol doang. Dari Tupperware berwarna orange gonjreng tercium aroma nasi goreng, tidak lupa air minumnya. Ah baik sekali ibu saya ini, nggak mau buah hatinya kalah sama tamasya anak TK rupanya. Setelah kenyang, dan museum-museum mulai tutup, kamipun pulang membawa kenangan.. see u..
Continue Reading →

Monday, January 11, 2010

Kepergian Para Ayah



Sabtu sore yang lalu. Saya reunian dengan teman-teman Fisipers angkatan sepuh. Berjam-jam kami di kantin, ngobrol ngalor-ngidul nggak karuan. Akhirnya obrolan ditutup dengan pertanyaan: “Kalo lo punya waktu setengah jam aja balik ke masa lalu, lo mau ngapain? ngulang masa-masa indah? Atau ngebenahin sesuatu yang lo anggap kurang/salah?” Jawaban demi jawaban pun meletup, seperti sesuatu yang tertahan sejak lama. Saya sendiri lebih banyak ndengerin jawaban temen-temen, bukan karena gak punya jawaban, tapi karena terlalu banyak yang ingin saya ungkapkan, jadi bingung sendiri mesti mulai dari mana.

Acara kumpul-kumpul pun usai, sebagian dari kami mesti segera bergegas ke Pejompongan, daerah yang saya nggak tau lika-likunya. Saya ke sana untuk menghadiri acara ta’ziah 40 harian ayahnya teman saya di FHUI. Sebelum ke Pejompongan, saya nganterin Smita dulu ke Plaza Senayan, terus ngejemput Khalid di Ratu Plaza. Hari itu ojek saya sedang laris-manis rupanya..

Kedodolan pun terjadi, akibar dari pengetahuan yang minim soal Jakarta Pusat. Jadi, saya datang dari arah Gatot Subroto, dan di Pal Merah saya lupa belok, alhasil saya bablas sampai ke Tol Tomang-Slipi-Tangerang buat cari putaran balik arah. Bayangkan kawan, dengan kondisi mengendarai motor gerimis-gerimis itu saya hampir melintasi tiga provinsi sekaligus!! Pesan moral: Persiapkan amunisi sebaik mungkin sebelum Anda berangkat berperang, kalau tidak ingin bersimbah darah di medan tempur.

Alamat yang tidak lengkap, dan nomer handphone yang sulit dihubungi membuat kami kesulitan cari alamat. Akhirnya kami mampir di sebuah masjid, shalat maghrib, shalat isya, juga sekalian numpang neduh. Waktu menunjukkan pukul 20.30. Marbot masjid mulai mematikan lampu, tanda masjid mau tutup. HP saya bergetar, sms masuk, isinya berita duka cita lagi, ayah dari Arif Kurniawan, alumni 34 angkatan 2007, meninggal sore tadi selepas maghrib..

Kami pun tidak berhasil menemukan rumah teman kami (rumah kakeknya Thariq lebih tepatnya). Walopun tidak ikut tahlilan di rumah duka, kami tetap mendoakan almarhum dari masjid itu. Keesokan harinya saya menghadiri pemakaman ayahnya Arif di Andara, Pondok Labu. Tepat setelah shalat dzuhur, kami membentuk tiga shaf rapat untuk shalat jenazah. Setelah itu kami menuju pemakaman, Tangis pun pecah, berat memang ditinggalkan orang yang kita sayangi.

Sayup-sayup suara adzan terdengar, suasana hening dan haru menyelimuti pemakaman. Itu suara Arif, saya hafal betul warna suara itu, suara yang bersumber dari liang lahat, suara yang terdengar begitu lirih.. Serta-merta mata saya pun berkaca-kaca. Seketika saja ingatan saya tertarik ke lima tahun yang silam. Saat itu saya berusaha berdiri sekokoh mungkin, melantangkan suara adzan setegar mungkin, sekalipun hati pilu saat itu. Saya mengazankan almarhum ayah. Umur saya saat itu masih 17 tahun 8 bulan, namun sayalah anak tertua dari keluarga ini.

Saya terngiang akan sosok lelaki itu. Lelaki yang teduh tatap matanya, hangat senyumnya, dan lembut sikapnya. Lelaki yang lebih banyak berbicara lewat sikapnya dari pada lidahnya. Lelaki yang saya panggil ‘bapak’.. Belum banyak obrolan serius tercipta antara saya dengannya. Sepeninggalan beliau, saya baru menelusuri dirinya lebih jauh, lewat ibu saya, teman-temannya, dan siapa pun yang mengenalnya. Ternyata saya banyak mewarisi sifatnya, walopun secara fisik saya lebih cenderung ke ibu. Lelaki itu akan terus menginspirasi saya..

Ya Allah, ya Rabb, tempatkanlah Ayah-ayah kami di kedudukan yang mulia di sisi-Mu. Ampunkan segala khilaf dan salahnya. Persembahkan Jannah-Mu untuk mereka. Dan, jadikanlah kami anak yang saleh, anak yang bisa senantiasa membuat mereka tersenyum, sampai akhirnya nanti kami dipertemukan kembali.. Amiin..
Continue Reading →