Friday, February 11, 2011

Alanda dan Kasus Century


Alanda Kariza terperanjat tatkala Jaksa Penuntut Umum menuntut ibundanya kurungan 10 tahun penjara dan denda 10 milyar rupiah. Dalam blognya Alanda menumpahkan rasa kecewanya. Ia merasa ada yang janggal dan tidak adil dalam proses persidangan ibunya tersebut.

Sang ibu, Arga Tirta Kirana merupakan kepala Divisi Legal Bank Century (2005-2009). Ia dinilai turut memuluskan pencairan kredit dengan dokumen palsu, namun Arga menilai bahwa kewenangan pemberian kredit ada pada Divisi SKPK (Setlement Kredit dan Pelaporan Kredit).

Pada prinsipnya setiap pekerjaan yang dilakukan Arga hanyalah menuruti perintah atasannya, Robert Tantular. Belakangan baru diketahui bahwa ternyata Robert Tantular yang membawa kabur uang tersebut. Namun bagaimana bisa Robert Tantular yang jelas-jelas koruptornya divonis 4 tahun penjara, bahkan Super Gayus hanya 7 tahun penjara, sedangkan ibunya yang notabene hanya menjalankan perintah atasan tanpa mendapat keuntungan apapun dituntut jauh lebih berat?

Tumbal! Setiap perkara besar menuntut penuntasan yang setimpal, menghukum pelaku kejahatan seberatnya kemudian dipublish ke media, masyarakat puas, pemerintahan aman. Masalahnya kasus Century adalah komoditas politik yang ruwet, atau sebenarnya sederhana tapi dibuat rumit. Yang salah bisa diproteksi dan yang bersih bisa dipersalahkan. Begitulah ketika politik kotor mengkooptasi sistem hukum yang lemah.


"Even if I have to let Indonesian Youth Conference go, even if I have to work hard 24/7 to live without having to ask for allowances from my mother… I’m willing to do so.

I just want her to stay with me… instead of behind those scary bars. I just want her to witness everything that I will achieve in the future".

-Alanda-

Continue Reading →

Wednesday, February 2, 2011

Stealing from The Past


Siapa yang gak tau produk-produk Apple yang dikenal canggih nan elegan. Bahkan mungkin di antara kita adalah pengguna iPod, iMac, atau iPad. Tapi tau gak, kalo ternyata ide-ide produk Apple yang menawan itu tidaklah orisini! Nah lho, kok bisa? Tenang..tenang.. maksud saya di sini bukanlah penjiplakan produk yang seratus persen sama. Namun lebih kepada terinspirasi dari desain produk yang telah ada sebelumnya. Produknya siapa yang ditiru?


Ternyata e ternyata produk yang dirilis Apple sekilas mirip dengan produk Braun. Adalah Dieter Rams yang mendesain produk-produk Braun tersebut. Braun merupakan perusahaan consumer goods yang bermarkas di Kronberg, Jerman. Produk Braun banyak ditiru oleh perusahaan lain, baik dari corak warnanya, material yang digunakan, maupun postur dasar produknya.

Beberapa produk Braun yang pernah jaya di tahun 1960-an ini mirip dengan produk Apple, diantaranya ialah:
radio saku Braun dengan iPod, televisi Braun dengan Power Mac G5, sound system Braun dengan iPod Hi-Fi, lalu speaker Braun dengan iMac.

Meski demikian, Rams tidak pernah keberatan mengenai produknya yang ‘dimiripi’ Apple. Rams justru memuji Apple yang masih menganut prinsip desain yang jujur, fungsional, dan sederhana. Sejalan dengan Rams, Jonathan Ive yang merupakan Vice President of Industrial Design di Apple juga mengakui bahwa produk Apple memang dijaga agar tetap steril, bebas dari segala hal yang kompleks dan merumitkan.

Dari kisah ini kita bisa belajar mengenai ‘stealing from the past’. Bagaimana membuat produk dengan mengulang dari yang telah ada di masa lau, tentu dengan modifikasi dan penyesuaian konteks sesuai zamannya. Kegiatan kopi-mengkopi inspirasi ini akan terus terjadi, tidak hanya pada urusan desain produk, tapi juga di bidang kehidupan lainnya. Itulah gunanya kita belajar sejarah.

Btw, ada yang kepikiran gak sih, kalo upaya Aburizal Bakrie dengan kekuatan bisnisnya mengkooptasi PSSI melalui Nurdin Halid itu adalah sebuah strategi politik. Meraih simpati publik melalui sepak bola, layaknya Silvio Berlusconi dengan AC Milan-nya di Italia :) Who Knows??

Terinspirasi dari artikel majalah Concept edisi #40

Continue Reading →