Sunday, September 29, 2013

Pro Kontra Mobil Murah


Sesuai dengan rilis resmi dari Kemenperin, setidaknya ada lima tujuan diluncurkannya mobil murah/ LCGC (Low Cost and Green Car).

1. Mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Menyikapi Free Trade Area ASEAN dan Asia Timur 2015
3. Efisensi BBM
4. Membangun industri komponen
5. Pengembangan industri otomotif nasional.

Mari kita coba analisis satu per satu:

1. Mudahnya akses kepemilikan mobil diharapkan akan meningkatkan mobilitas dan aktivitas ekonomi juga investasi dan penyerapan tenaga kerja. Pertanyaannya, Apakah mobil murah ini adalah solusi utamanaya, bukankah peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur adalah leverage yang paling pas? Kekhawatiran lainnya ialah mobil ini masih belum terjangkau dengan daya beli masayarakat di daerah seperti di Papua atau Flores, walaupun katanya murah dan ramah lingkungan harganya tetap berkisar 100 juta dan tetap mengeluarkan emisi gas buang karena ini bukan mobil listrik.

2. Pemerintah khawatir kalau tidak menggulirkan LCGC saat ini juga, kita akan keduluan negara asia lainnya, pasar Indonesia pun kebanjiran mobil impor. Pertanyaannya, Kalau orientasinya ekspor kenapa pasar lokal sudah memesan (indent) sebesar 20.000 unit?


3. Mobil ini ditujukan untuk kalangan menengah bawah dan bahan bakarnya menggunakan BBM Non subsidi. Pertanyaannya, siapa yang bisa menjamin semua mobil LCGC itu tidak akan mengisi premium, lha wong sekarang aja banyak mobil mewah pakai premium bersubsidi? Kemudian kalau segmentasinya untuk kalangan menengah bawah kenapa tidak boleh menikmati BBM bersubsidi, nah mbulet kan jadinya.
Alasan efisiensi juga kurang tepat, karena walaupun tidak memakai BBM bersubsidi, konsumsi BBM tentu akan melonjak seiring banyaknya mobil LCGC. Belum lagi kalau dikaitan dengan depresiasi rupiah saat ini yang salah satu sebabnya semakin besarnya selisih jumlah impor dengan ekspor kita, maka segala kebijakan yang akan mendorong impor (BBM) akan menggerus rupiah.

4. Peserta program LCGC disyaratkan untuk manufaktur mobil di dalam negeri serta menggunakan komponen otomotif buatan dalam negeri. Pertanyaannya, apakah perushaan multi nasional otomotif ujug-ujug percaya dan mau pakai seluruh komponen lokal? Infrastruktur industri komponen dalam negeri hampir seluruhnya dikuasai oleh pemilik asing. Industri pribumi lokal tidak bisa berkembang karena tidak mampu (atau dirancang supaya tidak mampu) masuk ke standard yang mereka tetapkan. Industri dalam negeri didorong untuk masuk ke supplier lapisan kedua (second tier supplier), dalam second tier supplier nilai tambah dari engineering sangat rendah sehingga sulit menjadi besar.

5. Dalam PP No. 41/2013 disebutkan, bahwa LCGC memperoleh potongan PPnBM, dari 10% menjadi 0% bila memenuhi persyaratan konsumsi BBM dan pembuatan mobil serta komponen di dalam negeri. Pertanyaannya, Apakah yang dimaksud industri mobil nasional? Membuat mobil merk lokal, atau merakit mobil merk asing di Indonesia? Menurut saya yang dimaksud mobil nasional adalah yang benar-benar dirintis oleh putera-puteri Indonesia semisal Esemka, bukan seperti mobil impor dari korea yang dinamakan Timor, bukan juga mobil asing yang dirakit di Indonesia.

Tentu maksud pemerintah sangat mulia, dan tulisan ini pun dimaksudkan untuk memberi pertimbangan agar kebijakan ini tidak menjadi backfire. Jangan sampai yang terjadi adalah kemacetan yang semakin parah di kota-kota besar, pencemaran lingkungan karena polusi udara, konsumsi BBM yang mendorong impor BBM berlebihan, dan manisnya pembangunan tidak merembes kepada masyarakat bawah sementara pebisnis asing manikmati huge profit gain.
Continue Reading →

Sunday, September 15, 2013

Neologisme ala Vicky Prasetyo





Beberapa hari terakhir media sosial heboh membicarakan Vicky, khususnya gaya bicaranya. Bermula dari sebuah video keterangan pers Vicky mengenai pertunangannya dengan artis dangdut Zascia Gotik yang menggunkan kalimat yang sulit dipahami.
Seperti:

"Di usiaku ini, twenty nine my age, aku masih merindukan apresiasi, karena basically, aku senang musik, walaupun kontroversi hati aku lebih menyudutkan kepada konspirasi kemakmuran yang kita pilih,"

"Kita belajar, harmonisisasi dari hal terkecil sampai terbesar. Aku pikir kita enggak boleh ego terhadap satu kepentingan dan kudeta apa yang kita menjadi keinginan."

"Dengan adanya hubungan ini, bukan mempertakut, bukan mempersuram statusisasi kemakmuran keluarga dia, tapi menjadi confident. Tapi kita harus bisa mensiasati kecerdasan itu untuk labil ekonomi kita tetap lebih baik."

atau saat ia berpidato di Pilkades Karang Asih:

"My name is Hendrianto. I'm froms the birthday in Karang Asih, Karang Asih City. I have to my mind, i have to my said, i'm get to the good everything," kata Vicky dengan bahasa inggris yang berapi-api.

"If wanna come to inpest, xxx (tidak jelas) come to place. America, Europe and everything Japanese and Asia, i'm ready fot the dewrrw," tambah pria yang kini mendekam di penjara karena kasus penipuan
"My name is Hendrianto. I'm froms the birthday in Karang Asih, Karang Asih City. I have to my mind, i have to my said, i'm get to the good everything,".

"If wanna come to infest, come to place. America, Europe and everything Japanese and Asia, i'm ready fot the dewrrw,".
"Di usiaku ini, twenty nine my age, aku masih merindukan apresiasi, karena basically, aku senang musik, walaupun kontroversi hati aku lebih menyudutkan kepada konspirasi kemakmuran yang kita pilih ya," kata Vicky.

"Kita belajar, apa ya, harmonisisasi dari hal terkecil sampai terbesar. Aku pikir kita enggak boleh ego terhadap satu kepentingan dan kudeta apa yang kita menjadi keinginan."

"Dengan adanya hubungan ini, bukan mempertakut, bukan mempersuram statusisasi kemakmuran keluarga dia, tapi menjadi confident. Tapi kita harus bisa mensiasati kecerdasan itu untuk labil ekonomi kita tetap lebih baik dan aku sangat bangga."
Dari pernyataan Vicky yang membuat kita bingung campur geli, saya mencoba mencari penjelasan ilmiahnya. Fenomena atau behavior/mind disorder macam apa ini?

Ada satu istilah yang namanya Neologism, di wikipedia didefinisikan:
"a newly coined term, word, or phrase, that may be in the process of entering common use, but has not yet been accepted into mainstream language. In psychiatry, the term neologism is used to describe the use of words that have meaning only to the person who uses them, independent of their common meaning, this tendency is considered normal in children, but in adults can be a symptom of psychopathy or a thought disorder".
Apakah yang dilakukan Vicky termasuk Neogolisme? kalian bisa coba nilai sendiri.

Beberapa orang memang suka bicara dengan menyisipkan banyak istilah kontemporer dan bahasa Inggris. Tidak jadi masalah kalau penggunaannya tepat dan tidak berlebihan, tapi kalau sebaliknya seperti yang dilakukan Vicky, itu justru akan mengaburkan makna.

Bukankah esensi dari komunikasi adalah tersampaikannya pesan kepada komunikan sesuai yang komunikator maksudkan? 

Pertanyaan berikutnya adalah mengapa banyak orang bertindak seperti itu? (sepengetahuan saya banyak dan sejauh ini Vicky adalah contoh paling ekstrim yang pernah saya temui), biar dianggap intelek? terpelajar? atau apa?

Menurut saya justru orang yang cerdas adalah orang yang mampu menjelaskan hal yang sangat kompleks sekalipun dengan cara dan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami orang lain.


"Di usiaku ini, twenty nine my age, aku masih merindukan apresiasi, karena basically, aku senang musik, walaupun kontroversi hati aku lebih menyudutkan kepada konspirasi kemakmuran yang kita pilih ya," kata Vicky.

"Kita belajar, apa ya, harmonisisasi dari hal terkecil sampai terbesar. Aku pikir kita enggak boleh ego terhadap satu kepentingan dan kudeta apa yang kita menjadi keinginan."

"Dengan adanya hubungan ini, bukan mempertakut, bukan mempersuram statusisasi kemakmuran keluarga dia, tapi menjadi confident. Tapi kita harus bisa mensiasati kecerdasan itu untuk labil ekonomi kita tetap lebih baik dan aku sangat bangga." - See more at: http://www.kabar24.com/showbiz/read/20130910/39/200106/muncul-video-kocak-vicky-prasetyo-pidato-pakai-bahasa-inggris-berantakan#sthash.ruLlfWFC.dpuf
Continue Reading →

Sunday, January 13, 2013

Di Atas Tanah Surga


Berita di media akhir-akhir ini didominasi berita soal belasan parpol yang gak lolos verifikasi faktual, tapi yang bikin heran kenapa mereka sebegitu ngotot dan marahnya sampai ngamuk-ngamuk di kantor KPU? Apa mereka sudah keluar modal begitu banyak untuk bisa turut serta dalam kontestasi pemilu?

Mungkin betul jalur politik melalui aktivitas kepartaian adalah cara paling ampuh (baca: instan) untuk bisa menuju tangga kekuasaan. Bahkan seorang kader yang partainya tidak lolos sampai berteriak-teriak:

“KAMI INGIN MENYEJAHTERAKAN RAKYAT! KPU TELAH MENCEDERAI NILAI DEMOKRASI NEGERI INI! KAMI INGIN BERKOTRIBUSI! KAMI AKAN ADUKAN PADA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU… bla..bla..bla..”

Namun entah kenapa, suara-suara itu di telinga saya tak ubahnya dengunngan pedagang kaki lima di pasar.

“SIAPA LAGI YANG MAU BELI! MUMPUNG ADA DISKON! KUALITAS SUPER! AYO-AYO KEBURU HABIS, BESOK HARGA NAIK! Bla..bla..bla..” #gombal

Berita yang gak kalah ngehits adalah bursa calon Menpora yang vakum sepeninggalan Andi Malarangeng yang menjadi tersangka dalam kasus Hambalang, dan kini sedang diusut KPK. Berbagai nama beredar dan yang diributkan bukanlah siapa yang paling kompeten dan paling berpengalaman di bidang kepemudaan dan olah raga, tapi para elit ribut soal jatah-jatahan, kepada siapa dan partai mana kursi tersebut akan diberikan.

Dan.. abrakadbra! Tiba-tiba Roy Suryo yang jadi Menpora baru.. Wow! Kenapa gak sekalian Agung Hercules aja yang jadi Menpora, padahal doi lebih manly dan atletis. Apa karena dia gak punya kumis tebal macam Foke, Timur Pradopo, Andi Malarangeng & Roy Suryo jadi gak pantas jadi pejabat Negara. Sungguh diskriminasi fisik yang kejam!

Sangat logis jika publik bertanya, mengapa harus si pemilik akun twitter @KRMTRoySuryo yang jadi Menpora, padahal kita tahu ybs lebih dikenal sebagai ‘pakar’ telematika yang sering menjadi rujukan wartawan mengenai kebenaran gambar bugil atau video mesum para artis.

Oiya, FYI KRMT itu artinya Kanjeng Raden Mas Tumenggung, tapi jangan tanya saya kenapa beliau bikin akun twitter dengan embel-embel gelar ningrat. Mungkin kalo saya keturunan ningrat, udah pergi haji dan punya gelar akademis banyak akun twitter saya berubah menjadi: @ProfDrHajiKRMTArifWidodoSSosMSi :D

“Jika suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya."

 (HR. Bukhari – 6015)

 

Bosen nonton berita yang itu-itu aja saya beralih nonton film, judulnya: “Tanah Surga... Katanya”. Kalau di berita televisi saya disuguhkan fenomena hiruk-pikuk perebutan kekuasaan di Jakarta, di film ini saya disuguhkan gambaran kehidupan WNI yang hidup di perbatasan. Kontras! Siapa pun yang pernah nonton film ini pasti terusik hati dan pikirannya, pun demikian dengan saya. Beragam pertanyaan bertubi-tubi mensesaki kepala:

Bagaimana menyejahterakan saudara-saudara sebangsa yang hidup di perbatasan?
Bagaimana mengurangi kesenjangan Pusat dan Daerah?
Bagaiamana cara supaya rupiah bisa mengganti ringgit sebagai alat tukar di sana?
Bagaimana memajukan pendidikan di sana, dengan guru yang secara kualitas dan kuantitas memadai?
Bagaimana cara supaya ada dokter yang mau buka praktik di sana, dan tersedia Puskesmas?
Bagaimana menanamkan rasa nasionalisme kepada mereka?
Bagaimana menciptakan infrastruktur yang bisa menunjang perekonomian di sana?
Bagaimana…? Bagaimana…? Bagaimana…? Bagaimana…? Bagaimana…?


Mungkin jawaban akan bermuara pada soal pendanaan, atau lebih klisenya tidak tersedia cukup dana membangun daerah pinggiran. Apa iya itu masalahnya?
Bagaimana jika dana PPID (Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah) tidak dikorupsi anggota dewan?
Bagaiaman kalau DAU dan DAK ditambah?
Bagaimana kalau tunjangan bagi PNS diperbatasan ditambah?
Bagaiamana kalau Pejabat Negara mau sedikit hidup lebih sederhana?
Bagaimana kalau pemborosan anggaran dan maraknya korupsi bisa dihentikan?

Bagaimana?

Kita memang hidup di tanah surga yang subur, tapi di atas tanah tersebut keadilan dan kehidupan sosialnya masih jauh dari aroma surgawi...

Continue Reading →