Tempat pertama yang kami jamahi tentunya yang paling deket, Museum Bank Mandiri. Cukup dengan menunjukkan kartu Mandiri atau KTM kita bisa masuk gratis, kalo gak punya mesti bayar dua ribu kalo gak salah. Museum ini dulunya adalah gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau yang merupakan perusahaan dagang milik Belanda. NHM dinasionalisasi tahun 1960 menjadi kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN) Urusan Ekspor Impor. Kemudian bersamaan dengan lahirnya Bank Ekspor Impor Indonesia (BankExim) pada tahun 1968, gedung tersebut pun beralih menjadi kantor pusat Bank Exim, hingga akhirnya dimerger bersama Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri (1999). Kini gedung tersebut pun menjadi asset Bank Mandiri. Jadi maklum aja kalo di gedung itu penuh foto-foto pejabat Bank tersebut dari jaman baheula sampai yang sekarang seperti Dirut Bank Mandiri
Next trip, Museum Bank Indonesia. Dulunya gedung ini adalah bank central Belanda, De Javache Bank, sebelum akhirnya berubah jadi BI dan migrasi ke Thamrin. Kalo temen-temen beranggapan museum itu sarat dengan benda kuno, jadul, atau serem, jelas pandangan itu nggak berlaku di Museum BI. This museum so digital. Keren pisan lah pokoknya, ber-AC pula, lumayan bisa numpang ngadem hehe.. Kemudian kami solat dzuhur di musola belakang museum BI. Setelah puas makan roti buatan emaknya Ojan kami lanjut ke Fatahillah.
Di alun-alun deket museum wayang kami bertemu rombongan lain temen satu fakultas, sungguh sempit dunia ini kawan =D. Kami masuk museum Fatahillah, masing-masing bayar seribu, tapi semua di kasih tiket rombongan seharga 750. 250nya ditilep, kalikan aja sama ratusan atau ribuan pengunjung setiap bulannya?? Lumayan lah ya pak hasil korupsinya!! Museum Fatahillah hari itu begitu padat merayap. Di balik kusen-kusen jendela museum terlihat pasangan muda-mudi asyik pacirun, jelas membuat para jomblowan rombongan kami bersungut-sungut iri memaki.
Setelah puas berfoto-foto dengan patung Hermes, meriam Si Jagur, dan lukisan-lukisan yang entah siapa tokoh di dalamnya, dan sampai kehabisan gaya berfoto, kami pun melangkahkan kaki ke warung tenda untuk santap siang menjelang sore. Semua pesen makanan, nasi gila, mie ayam, sate padang, dll. Saya sendiri bawa bekel dari rumah, nah supaya gak keliatan numpang-numpang amat saya mesen teh botol doang. Dari Tupperware berwarna orange gonjreng tercium aroma nasi goreng, tidak lupa air minumnya. Ah baik sekali ibu saya ini, nggak mau buah hatinya kalah sama tamasya anak TK rupanya. Setelah kenyang, dan museum-museum mulai tutup, kamipun pulang membawa kenangan.. see u..
Continue Reading →